Review Suzume: Film Terbaru Makoto Shinkai
AnimationTradisi setiap tiga tahun yang dilakukan Makoto Shinkai
untuk menciptakan sebuah film animasi terbaru sejak penayangan Kimi No Na Wa (Your Name) menjadi tren positif. Dapat dilihat dari keuntungan komersialnya
yang didapatkan dari Kimi No Na Wa sendiri menjadi film posisi ke-5 dengan
penghasilan terbesar di Jepang. Melihat keberhasilan Kimi No Na Wa, Makoto
Shinkai kembali menciptakan sukesornya yang berjudul Weathering with You dengan
formula yang kurang lebih sama dengan pendahulunya. Ingin mengulangi
keberhasilan pendahulunya, tetapi Weathering with You hanya mampu menduduki
peringkat ke-14 dalam box office Jepang. Tiga tahun berlalu, Makoto Shinkai
memperkenalkan karya ciptaan terbarunya yang berjudul Suzume. Masih mengusung genre
yang sama dengan kedua pendahulunya, yaitu Romance, Fantasy dengan tema bencana.
Apakah Suzume bisa menyamai atau bahkan melampaui kesuksesan Kimi No Na Wa?
Plot
Suzume adalah tokoh utama dalam film animasi Suzume no Tojimari |
Suzume, yaitu seorang gadis SMA yang tinggal di kota Kyushu, bertemu dengan laki-laki yang sedang mencari pintu di dalam reruntuhan. Setelah itu, Suzume langsung mencari pintu tersebut dan mengetahui kalau sisi lain dari pintu itu yang membuat terjadinya gempa di seluruh Jepang. Suzume bersama laki-laki tersebut kemudian berpetualang untuk menutup pintu-pintu yang tersebar di wilayah Jepang.
Meskipun genre dari film ini sama dengan Your Name dan
Weathering with You, premis Suzume terdengar terlalu fantasy dan cukup sulit
untuk diceritakan. Berbeda dengan Your Name dengan dua orang yang bertukar
tubuh dan Weathering with You dengan perempuan pawang hujan, kedua premis film
sebelumnya terbilang grounded dan mudah diikuti semua orang.
Masterclass Visual
Semua orang pasti akan setuju kalau kualitas gambar yang disajikan dalam film-film karya Makoto Shinkai sangat Indah dan detail. Latar tempat dan landscape yang digambar dalam animasi ini berdasarkan dengan lokasi aslinya, jika disandingkan antara gambar dan aslinya bisa terlihat sangat mirip.
Characterization
Suzume diceritakan sebagai gadis yang memiliki trauma
kehilangan karena ibunya yang meninggal dalam bencana Tsunami di tahun 2011.
Namun, awal dari petualangan Suzume terjadi karena memiliki rasa suka dengan
laki-laki misterius yang baru ditemuinya. Rasanya alasan tersebut cukup remeh dan
konyol mengingat Suzume memiliki background story yang cukup kuat. Walaupun
twist yang diberikan di akhir film sedikit cukup menolong karakter Suzume
dengan traumanya.
Anehnya, pengkarakteran yang kuat datang dari Bibi Suzume,
sebagai wali Suzume yang super khawatir dan pengorbanan yang telah dilakukannya untuk
menjadi “orangtua” Suzume. Sayang sekali, karakter laki-laki misterius yang menemani petualangan Suzume tidak diceritakan lebih mendalam seperti halnya bibi Suzume.
Plot Hole Nightmare
Suzume dan laki-laki misterius sedang menutup Pintu yang terbuka |
Plot hole dapat dijelaskan sebagai sebuah kelemahan dalam
alur cerita atau film yang menyebabkan ketidak-konsistenan dalam logika yang
membuat alur cerita menjadi tidak relevan. Dengan kata lain, plot hole
menghasilkan alur cerita yang terlihat tidak masuk akal dan kurang konsisten
secara logis. Meskipun film tersebut fiksi, setiap film harus menjelaskan
sesuatu agar menutup kelemahan dalam alur cerita. Your Name dan Weathering with
You juga terdapat beberapa plot hole, tapi dalam Suzume terlalu banyak
pertanyaaan yang tidak terjawab setelah selesai menonton.
No Memorable Soundtrack for Magical Moments
Sepanjang film Suzume, tidak ada satupun soundtrack atau
music yang memorable seperti dua pendahulunya seperti Your Name dengan Sparkle
dan Weathering with You dengan Grand Escape. Di mana setiap magical moments
yang terjadi dalam film dibarengi dengan soundtrack yang baik. Ini membuat film
Suzume seperti tidak ada soul ketika adanya events yang terjadi sehingga emosi
yang ingin disampaikan tidak maksimal.
Verdict
Sebagai animasi terbaru dari Makoto Shinkai, Suzume menjadi animasi terbaik dari segi visual yang diberikan. Namun, dari cerita yang disajikan tidaklah lebih baik dari kedua pendahulunya. Sebagai “trilogy” yang sudah dibuat Makoto Shinkai, mungkin sudah saatnya menggunakan formula yang baru untuk film berikutnya. Pengkarakteran yang tidak cukup kuat diceritakan membuat penoton kurang simpati dan relate terhadap karakter tersebut. Banyaknya plot hole juga terjadi karena storytelling yang tidak maksimal. Hal ini yang membuat kurangnya klimaks dalam Suzume, ditambah tidak adanya soundtrack memorable yang menemani. Overall, Suzume masih dapat dinikmati sebagai casual film dengan visual animasi yang terbaik khas Makoto Shinkai.
Jika tertarik untuk menonton, film ini masih tayang di bioskop Indonesia (pada saat tulisan ini dibuat).